UA-72643545-1

Photo

Sunday 29 November 2015

Pentas Nyonya Nomor Satu ( ada Rasa Papiko )

pentas, foto teater, foto komedi, nyonya nomor satu, butet kertaradjasa, agus noor, titik puspa, happy salma, Taman Ismail Marzuki, foto panggung, teater
Panggung Nyonya Nomor Satu
Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta terpaksa harus menambah jam pertunjukan pentas. Dari dua jadwal pertunjukan yang direncanakan, terpaksa harus ditambah satu lagi. Ini atas permintaan para penonton yang tidak kebagian karcis untuk menonton pertunjukan yang diadakan oleh Djarum Apresiasi Budaya. Mengusung tiga nama yang memang selalu menjadi tandem sebagai Tim Kreatif yaitu Butet Kartaredjasa, Djaduk Ferianto dan Agus Noor, pementasan yang berjudul Nyonya Nomor Satu ini terbilang membawa
beragam cerita. Intinya, bahwa setiap orang ingin menjadi nomor satu. Dengan segala upaya, usaha, kerja keras bahkan ada yang harus rela "mengorbankan" dirinya sendiri untuk menjadikan diri sebagai nomor satu. Dan tak sedikit yang harus "bekerja keras" dengan jalan yang diluar nalar. Mistik, intrik, suap, menjilat bahkan tipu menipu pun dilakukan agar keinginan untuk bisa menjadi nomor satu terlaksana.

Singkat Cerita

Ada sebuah group pertunjukan sandiwara Stamboel Bintang Timur yang mulai sepi ditinggalkan oleh penontonnya. Gedung tempat mereka mencari nafkah bahkan harus tutup karena ketidakberdayaan pengelola untuk membayar para pemain. Dan akhirnya mau tidak mau berakhir dengan penutupan group tersebut.
pentas, foto teater, foto komedi, nyonya nomor satu, butet kertaradjasa, agus noor, titik puspa, happy salma, Taman Ismail Marzuki, foto panggung, teater
Pembuka acara

Sang Pemilik (diperankan oleh Tarzan) akhirnya menyatakan bangkrut. Sang anak dari pemilik group (diperankan oleh Happy Salma) pun tak kuasa untuk bertahan dengan cara apapun agar group tersebut tidak ditutup karena teringat dengan pesan ibunya yang sebelum meninggal berpesan bahwa group ini harus tetap mengadakan pertunjukan dalam kondisi apapun. Disaat tidak adanya ketidakpastian akan kelangsungan group tersebut, datanglah seorang wanita tua kaya raya (diperankan oleh Yu Ningsih) memberi bantuan  kepada group tersebut agar tidak bubar. Dan tetap melanjutkan pertunjukan-pertunjukannya.

pentas, foto teater, foto komedi, nyonya nomor satu, butet kertaradjasa, agus noor, titik puspa, happy salma, Taman Ismail Marzuki, foto panggung, teater
Koes Hendratmo
Wanita kaya ini belakangan diketahui adalah mantan pemain group tersebut. Yang pada saat masih bergabung hanya mendapatkan peran-peran kecil. Dia kalah bersaing dengan pemain-pemain lain yang lebih cantik dan mempesona, salah satunya adalah istri Tarzan. Dan kini ia kembali ke group tersebut dengan membawa berbagai misi. Dengan kekayaan yang ia miliki, ia pun menjadi pemilik group tersebut. Disinilah cerita berawal. Bahwa sebagai orang kaya sekaligus sebagai pemilik group, ia mengatur semua pemain, cerita apa yang akan dipertunjukan bahkan ia pun mengatur siapa yang melakonkan tokoh dalam setiap cerita.

pentas, foto teater, foto komedi, nyonya nomor satu, butet kertaradjasa, agus noor, titik puspa, happy salma, Taman Ismail Marzuki, foto panggung, teater
Datangnya sang Wanita Kaya Mengubah semuanya

Tak pelak, tindakannya ini membuat kisruh para pemain lain. Terutama Happy, yang memang sudah menjadi primadona sebelum kedatangan si Orang Kaya tersebut. Happy yang memang cantik, anggun dan berhak menyandang sebagai primadona juga tak bisa berbuat banyak dengan keadaan tersebut. Dirinya seperti dilema, satu sisi dia teringat pesan ibunya untuk mempertahan group sandiwara tersebut, satu sisi dia harus rela meninggalkan ke primadonaannya. Singkat cerita, akhirnya terkuak juga, apa yang melatar belakangai kembali wanita kaya tersebut ke group itu.

pentas, foto teater, foto komedi, nyonya nomor satu, butet kertaradjasa, agus noor, titik puspa, happy salma, Taman Ismail Marzuki, foto panggung, teater
Happy Salma berperan sebagai anak pemilik group sandiwara
Selain dirinya dulu merasa dikucilkan dengan mendapat peran-peran kecil, ternyata ada cinta yang ia tinggalkan sebelum memutuskan keluar dari group tersebut. Cinta yang tak terlupa dengan salah satu pemain yang bernama Susilo (diperankan oleh Susilo Nugroho). Antara dendam, sakit hati serta cinta yang terputus, membuat wanita kaya itu memporakporandakan keadaan. Dengan kekayaan, kemewahan serta kedudukan, wanita kaya tersebut mampu melihat "lubang kecil" dan akhirnya membuat "lubang besar" di dalam group tersebut. Cerita pun berakhir dengan bahagia, karena akhirnya si wanita kaya itu menikah dengan Susilo yang ternyata juga masih mencintainya. Dan wanita kaya ini pun juga tersadar, tak selamanya harta, tahta, mampu "membeli" semuanya. Dan itu terjadi dengan cinta dan kebahagiaan, bahwa cinta tak bisa dibeli, bahwa cinta dan bahagia hanya bisa dimiliki dengan rasa dan saling antara keduanya.

pentas, foto teater, foto komedi, nyonya nomor satu, butet kertaradjasa, agus noor, titik puspa, happy salma, Taman Ismail Marzuki, foto panggung, teater
Sang Nyonya mengatur semua hal yang berhubungan dengan panggung, mulai dari cerita, pemain, dan siapa bintang utamanya

pentas, foto teater, foto komedi, nyonya nomor satu, butet kertaradjasa, agus noor, titik puspa, happy salma, Taman Ismail Marzuki, foto panggung, teater
Happy ending dari sebuah cerita

Catatan dari Penulis

Melihat alur cerita yang disuguhkan dalam pentas Nyonya Nomor Satu ini, terlihat sekali berbagai pesan moral. Pesan yang memang ditujukan untuk masyarakat luas. Bahwa moral di sebagian masyarakat  seolah terlihat sedang tenggelam, moral yang seharusnya diagungkan malah kadang menjadi hal sering terlupakan. Ada satu dialog yang menggambarkan contoh keadaan tersebut, ketika para pemain sandiwara (diperankan oleh TRIO GAM, yaitu Gareng, Joned, Wasben) dalam cerita tersebut sedang beradegan mengisi Teka Teki Silang. Begini dialognya " Empat huruf negara yang banyak korupsinya, bukan Indonesia lah, wong empat huruf kok, oooh ...aku tahu, empat huruf kan, negara  KITA" dan pecahlah tawa penonton. Dan  bukan hanya itu saja, bahwa untuk menjadi nomor satu memang "harus" banyak cara untuk dilakukan. Tapi tidak harus menghalalkan segala cara. Semua ada etikanya. Semua ada jalannya (untuk menuju menjadi nomor satu) tapi dengan jalan yang benar.

pentas, foto teater, foto komedi, nyonya nomor satu, butet kertaradjasa, agus noor, titik puspa, happy salma, Taman Ismail Marzuki, foto panggung, teater
Improvisasi kata antara Cak Lontong dan Akbar serta "penembak jitu" Trio GAM

Melihat nama-nama pemain dalam pertunjukan tersebut, sungguh menjadi satu jaminan tersendiri. Bahkan penulis menduga (sebelum menonton) bahwa Titik Puspa, Koes Hendratmo, Tarzan serta Happy Salma adalah nama yang menjadi "pembetot" masyarakat untuk menonton pertunjukan ini. Namun ternyata (menurut penulis) justru yang menjadi bintang dalam pertunjukan tersebut adalah Cak Lontong dan Akbar yang begitu padu dalam berimprovisasi kata. Istilahnya, mereka berdua begitu menguasai dialog dalam setiap babak dengan improvisasi kata yang mengundang tawa penonton . Tapi Trio GAM juga patut diacungi jempol, sebagai dialog pembuka dalam babak awal, mereka malah menjadi "penembak jitu" bagaimana penonton begitu tertarik untuk mengikuti cerita selanjutnya hingga akhir cerita.

pentas, foto teater, foto komedi, nyonya nomor satu, butet kertaradjasa, agus noor, titik puspa, happy salma, Taman Ismail Marzuki, foto panggung, teater
Yu Ningsih dan Happy Salma
Dan salut juga buat Yu Ningsih pemeran Wanita Kaya. Wanita peraih Piala Vidya ini dalam cerita tersebut "rela" dibully oleh anak buahnya sendiri (diperankan oleh Cak Lontong dan Akbar) tapi mampu mengalirkan cerita berjalan dengan baik. Sementara Happy Salma juga mampu memerankan lakonnya dengan piawai. Dan sang sutradara (Agus Noor) juga jeli dalam memberi beban peran kepada para pemain untuk bertanggung jawab di lakonnya masing-masing. Dan seluruh pemain pun menjalankan tugasnya dengan baik.



Ada juga cukup membuat penulis terkesan. Selain cerita yang dibawakan dengan gaya komedi , ternyata alur cerita yang selalu memulai babaknya ini diawali dengan tari ( Duta Cinta Indonesia) dan lagu (Titik Puspa dan Koes Hendratmo) mengingatkan penulis dengan acara TVRI tahun 80 an yaitu acara PAPIKO (Paguyuban Artis Penyanyi Ibukota) yang selalu disiarkan oleh TVRI saat acara Lebaran. Acara yang memadukan antara sandiwara, tari dan nyanyi (Operet) ini adalah acara yang menjadi hiburan tersendiri pada jamannya dan selalu ditunggu-tunggu penayangannya.

pentas, foto teater, foto komedi, nyonya nomor satu, butet kertaradjasa, agus noor, titik puspa, happy salma, Taman Ismail Marzuki, foto panggung, teater
Penampilan Titik Puspa yang masih konsisten 


pentas, foto teater, foto komedi, nyonya nomor satu, butet kertaradjasa, agus noor, titik puspa, happy salma, Taman Ismail Marzuki, foto panggung, teater
Vokal Group Duta Cinta sebagai pendukung acara


pentas, foto teater, foto komedi, nyonya nomor satu, butet kertaradjasa, agus noor, titik puspa, happy salma, Taman Ismail Marzuki, foto panggung, teater
Tarian Penutup

Jadi seolah penulis melihat kembali acara PAPIKO ini  yang dikemas lebih modern dan lebih bewarna serta disesuaikan dengan keadaan terkini. Secara keseluruhan Djarum Apresiasi Budaya cukup sukses menyampaikan misinya untuk menjaga kelestarian dan kekayaan budaya Indonesia serta mendukung insan kreatif untuk terus berkarya lewat pementasan Nyonya Nomor Satu ini dan juga pementasan-pementasan lainnya. Selamat dan sukses terus.

Nyonya Nomor Satu
Tim Kreatif : Butet Kertaradjasa, Djaduk Ferianto, Agus Noor
Pemain : Titik Puspa, Koes Hendratmo, Happy Salma, Tarzan, Cak Lontong, Akbar, Yu Ningsih, Susilo Nugroho, Gareng, Joned, Wisben (Trio GAM)
Koreografer : Maria Bernadeta Aprianti
Musik : Sinten Remen

pentas, foto teater, foto komedi, nyonya nomor satu, butet kertaradjasa, agus noor, titik puspa, happy salma, Taman Ismail Marzuki, foto panggung, teater
Para Pendukung Acara
Baca Juga :

Senandung Memotret Wayang Orang (Tips&Trik)
Memotret Ekspresi di Panggung Musik


Foto dan Tulisan :

Farid S

(seandainya saja, penulis yang juga hobby memotret ini suatu saat di acara-acara yang diadakan diberikan sedikit keleluasaan oleh penyelenggara dalam penempatan area memotret dalam gedung tersebut yang lebih "luas", penulis tentu akan berusaha lebih mengeksplore setiap karakter serta ekspresi yang ditampilkan oleh para pemain dalam sebuah foto, sayang penempatan area pemotretan yang cukup jauh dan agak sulit menjangkau ekspresi pemain, penulis hanya bisa menampilkan dalam satu sisi saja)

No comments:

Post a Comment