UA-72643545-1

Photo

Thursday, 29 April 2010

Ketika Memotret itu Tiba ( Bag. Pertama )


Ket. Foto : Take a Picture



Ket. Foto : Suasana Pemotretan

Ket. Foto : Diskusi dgn Model* Memberikan intruksi pose * Sedang Melihat hasil



Sungguh suatu kesibukan tersendiri, ketika saat memotret tiba. Mendapat tugas ini sebenarnya suatu kebanggaanyang tak terkira buat saya. Pemotretan Cover. Sekitar dua minggu “berburu” calon model lewat audisi ketat, model sudah harus terpilih. Biasanya saya menghadapi sekitar 6 calon model. Semua model yang datang selain cantik, juga punya tujuan tersendiri . Jangan salah, motovasi mereka begitu kuat untuk bisa tampil di sebuah majalah. Tentu saja bukan tugas yang mudah untuk memilih satu diantara mereka. Ada beberapa langkah yang biasa Saya lakukan dalam meng- audisi seorang model :

Mengisi Biodata
Ini perlu dilakukan untuk database, karena di biodata si model akan menulis data-data lengkap tentang dirinya. Nama, Tinggi dan berat badan , serta umur adalah urutan pertama dalam biodata yang saya buat.

Wawancara
Motivasi mereka macam-macam, ada yang ingin cari pengalaman, ada yang ingin mencoba, ada yang ingin terkenal, ada yang ingin sekedar tampil, bahkan terang2an mengatakan bahwa mereka mengejar honor. Honor ? Yah, siapa yang tak ingin dibayar dengan honor tinggi ? Namun kenyataannya, kalau saat audisi belum apa-apa sudah bertanya “honor nya berapa ?”, saya biasanya langsung mengernyitkan dahi ! dan tanpa mereka ketahui langsung saya beri tanda khusus di biodata mereka. Karena untuk masalah ini, ada pembicaraan tersendiri. Saat itulah sebenarnya penilaian mulai berlangsung. Dimana akan terjadi dialog antara saya dan model. Dari gaya bicara, putaran bola mata, gerakan bahu, senyum, sampai cara mereka menulis, saya perhatikan benar . Satu yang selalu saya lakukan ketika sedang mewancarai model adalah, saya selalu menatap matanya !

Tes Pose
Di sinilah penilaian bisa berubah, ada yang saat wawancara begitu menarik perhatian, namun saat tes pose begitu meragukan. Dan begitu sebaliknya. Disinilah pertimbangan sekaligus keputusan harus segera dibuat, apakah si calon model bisa diterima atau tidak. Biasanya saya akan memberikan kabar kepada mereka bila memang lolos tes via telpon. Di langkah ini, saya tidak pernah mengatur pose mereka. Saya bebaskan untuk berekspresi, saya hanya memotret dan memotret. Paling saya hanya memberi instruksi duduk, berdiri, hadap kiri, hadap kanan, putar belakang.

Pengambilan Keputusan
Di sini saya biasanya menyiapkan dua atau tiga model yang terbaik. Dan saya buatkan urutan nomor dari 1 sampai 3. Nomor 1 berarti terbaik versi saya, dan dua nomor berikut adalah backupnya. Keputusan bukan ditangan saya, itulah yang selalu saya katakan ke model. Dan saya pantang berjanji kepada mereka. (bersambung)

Teks : Alit
Foto : Dokumentasi Pribadi

Wednesday, 28 April 2010

Menggugah Sebuah Rasa



Kalimat 'rasa' sering terdengar, namun sering pula diabaikan. Rasa, merasakan, perasaan, adalah sesuatu yang biasanya murni dari dalam hati. Jadi betapa 'dalam' nya kalimat 'rasa ini bila diharafiahkan. Pun yang terjadi dalam fotografi. Banyak orang terkagum-kagum ketika melihat sebuah foto, banyak orang seolah tak melepas pandangan mata ketika melihat hasil sebuah foto. Itu karena apa ? Karena 'Rasa" mereka sudah tersentuh oleh apa yang ada di foto tersebut. Disini hebatnya seorang fotografer, yang mampu menggugah 'Rasa' orang lain yang melihat hasil karyanya. Tidak inginkah anda (mudah2an yang baca bukan kebanyakan fotografer ya) seperti mereka ? dalam artian bisa menggugah 'Rasa' orang lain lewat karya-karya foto anda ? Ketika memotret, tentu kita sudah mempersiapkan segala sesuatunya. Ketika memotret, kita pastinya sudah ada tujuan. Namun masih banyak pula, pulang memotret dengan kartu memory yang penuh dengan frame hasil jepretan foto, namun merasa tidak puas. Itu karena apa ? Karena 'Rasa' mereka ketika memotret tidak diikut sertakan. "Rasa" mereka abaikan, ketika telunjuk menekan shutter tanpa henti. Yang terpikirkan, hanyalah segera mengeluarkan kamera, pasang lensa, kemudian jepret. Memang tidak semua pembaca melakukan hal ini, tapi itu lah yang biasanya terjadi. Menggugah sebuah Rasa dalam pemotretan model pun sangat perlu. Tidak hanya karena model cantik, tidak hanya karena model itu berkulit kinclong, atau mungkin bukan hanya karena anda sudah membayar untuk pemotretan (baca hunting) tersebut.Anda akhirnya harus memotret. Memotretlah dengan di landasi sebuah 'Rasa" (jangan diasumsikan yang negatif ya). Ketika memotret seorang model yang sebelumnya memang anda tidak kenal, tentu saja "Rasa" ini belum begitu terasa. Namun setidaknya, aroma wangi tubuh model (memang ada model yang gak wangi ?) sudah bisa anda rasakan, atau mungkin cara dia berbicara atau tersenyum, coba anda rasakan 'Rasa" tersebut dan khayalkan serta aplikasikan dalam frame-frame anda. Hasilnya tentu akan berbeda bila anda hanya sekedar memotret semata. Jadi Mengugah Sebuah Rasa itu jangan dipikirkan yang terlalu njlimet, mulai dari yang simpel-simpel aja. Nah, kalimat diatas dilakukan jika anda termasuk fotografer yang mungkin mudah melakukan hal-hal diatas. Tapi bagaimana dengan para fotografer yang 'berbeda' dalam artian masih pemalu (yaah kalo malu jangan jadi fotografer deh mas), bahkan ada lho fotografer pemula yang baru dipegang bahunya saja oleh si model udah ngibrit. Nah untuk yang mengalami hal ini, 'Rasa' tersebut bisa dimunculkan dengan kondisi lokasi, lihat aja sekilas dari jauh Modelnya, lalu anda rasakan dan mungkin anda bayangkan, dengan lokasi yang bakal menjadi tempat pemotretan, amati warna yang mungkin menonjol atau anda suka, pikirkan dan rasakan bila keduanya menyatu saat pemotretan nanti.

Berlatih sebenarnya tidak lah sulit, yang ada mungkin hanya malas. Perhatikan judul diatas diawali dengan "Menggugah", berarti yang namanya menggugah tidaklah harus ketika anda sedang memotret, "Rasa" tersebut bisa anda latih ketika anda tidak memegang kamera sekalipun. Dengan melihat, memperhatikan keadaan sekitar anda. Contoh, anda senang memotret Model. Tak ada salahnya anda berlatih dengan memperhatikan teman kerja anda tanpa harus memotret teman tersebut bukan. Pun juga memperhatikannya jangan curpan2 alias curi2 pandang, perhatikan saja saat teman anda berbicara atau sedang berjalan (ingat jangan pernah berpikir yg negatif), atau saat sedang menulis laporan, atau bahkan sedang makan siang.


Foto & Teks : Alit