Rapat Para Raksasa dalam babak pertama dari cerita Gatotkaca Lahir. f;5,6 1/30 ISO 200 lensa 70-300mm |
Seperti halnya dengan pertunjukan-pertunjukan lain, pertunjukan biasanya ada prolog (pembukaan). Dan prolog di wayang orang ini bisa juga menggambarkan suatu kejadian yang justru berkaitan antara babak yang satu ke babak berikutnya. Babak pembuka akan diisi dengan bunyi dan tetabuhan gamelan serta suara pesinden dan diikuti pada penggung suasana dengan background yang menggambarkan awal cerita dimulai, bisa berupa kerajaan, hutan, gunung, dll. Penulis di babak awal ini masih terdiam dan masih mencoba
memperhatikan suasana serta mengamati beberapa tata lampu yang jatuh kearah panggung. Dan di babak awal ini pula, penulis belum bisa mengambil keputusan untuk mengambil pemotretan dari arah mana. Dekat panggung, dari kursi penonton atau dari balkon atas. Masih bingung, asli.
Para Punakawan Petruk, Bagong, Gareng, Semar. Ingat adegan ini, jadi ingat dengan acara TVRI tahun 1980an, Ria Jenaka |
Babak pertama habis, akhirnya penulis memutuskan untuk mengambil dari beberapa sudut, termasuk dari balkon atas. Dan babak kedua pada cerita, akhirnya bisa memotret dan sudah bisa "berpikir" sembari meraba-raba beberapa adegan yang disi dengan tarian serta perkelahian antar raksasa. Pemotretan dari atas balkon, sebenarnya asyik motret dari sudut atas, tapi di gedung pertunjukan tersebut ada lampu yang menghalangi pandangan kearah panggung. Lampunya kecil, tapi sangat mengganggu. karena dari isi panggung tidak bisa tergambar dengan baik.
Arjuna yang sedang bertapa diganggu oleh para Raksasa. Dalam cerita ini, digambarkan bahwa Arjuna bertapa untuk mendapatkan sebuah senjata keris bernama Kuntawijaya. f;10 1/6 ISO 100 Lensa 70-300mm |
Babak berikutnya, penulis pindah sudut pemotretan. Awalnya diatas, lalu pindah kebawah. Dan melihat ada beberapa bangku kosong di deretan paling belakang. Disini penulis agak mulai nyaman melakukan pemotretan. Karena dari pindah hingga pertunjukan berakhir, penulis tidak berpindah-pindah lagi. Anteng dengan kamera serta gampang gonta ganti lensa sekaligus pasang tripod. Motret sembari pesan segelas kopi panas...oh..indahnya dunia....memotret.....
Disaat yang bersamaan, satria bernama Karna pun sedang melakukan pertapa/semedi dan diganggu oleh para raksasa dalam menjalani tapanya. f;5 1/10 ISO 400 Lensa 70-300mm |
Karna Bertapa. f;9 1/8 ISO 400 lensa 70-300mm, teknik memutar lensa kearah dalam (zoom out) |
Suasana di Kerajaan Pringgadani, saat itu lahir bayi yang diberi nama Jabang Tetuko. Bima dan istrinya Arimbi adalah orangtua dari bayi tersebut. f;7.1 1/50 ISO 400 lensa 70-300mm |
Bima marah kepada Arjuna, karena saat ingin memotong pusar Jabang Tetuka, sarung keris tersebut justru masuk kedalam tubuh bayi tersebut. f;7,1 1/50 ISO 400 Lensa 70-300mm |
Jabang Tetuka sudah berusia satu tahun, namun pusarnya belum terputus. Dan ini membuat gelisah Arimbi sebagai ibunya f; 7,1 1/50 ISO 400 Lensa 70-300mm |
Inilah Jabang Tetuko dewasa yang akhirnya berganti nama menjadi Gatot Kaca. f; 4,5 1/100 ISO 400 lensa 70-300mm |
Wayang adalah milik Indonesia. Wayang adalah
bayangan kehidupan. Kehidupan manusia ada di cerita-cerita wayang. Wewayangan
ning urip. Visualisasi cerita banyak juga seperti raksasa perang dengan
kstaria. Raksasa mati atau kalah, itu filosofi. Ksatria itu punya tugas dan
kewajiban yang luhur yaitu dia harus menyelesaikan
tugas/dharmanya sebagai ksatria, yaitu memberantas keangkaramurkaan. Raksasa
itu digambarkan sebagai angkara murka. Orang tidak akan bisa menyelesaikan
tugas orang lain sebelum menyelesaikan tugasnya sendiri, yaitu gangguan dari
amarah sendiri. Jadi raksasa itu digambaran sebagai nafsu amarah. Wayang itu
selain tontonan juga tuntunan. Karena didalam cerita wayang ada tuntunan dalam
kehidupan sehari-hari. Contoh bagaimana cara bicara antara yang muda kepada
yang tua. Dan begitu sebaliknya.
Berikut beberapa tips memotret wayang orang :
1. Usahakan mengerti dulu cerita dari lakon yang akan dipentaskan
2. Pilih tempat memotret yang memang menurut anda baik. Bisa memilih didepan panggung, samping, atau bahkan dibelakang.
3. Persiapkan kamera dan lensa. Disarankan untuk lensa lebih baik menyiapkan lensa wide dan tele
4. Ketika memotret, usahakan dengan apperture yang lebar, mengingat tata cahaya panggung yang tidak terlalu terang. Jika memang terpaksa push ISO, silahkan saja, tapi dalam batas normal.
5. Selama tidak mengganggu penonton yang lain, dipersilahkan menggunakan tripod
6. Potretlah setiap adegan dalam setiap babak, dan perhatikan gerakan-gerakan tarian yang dibawakan. karena dalam gerakan tarian tersebut ada gerakan yang indah bila direkam dengan kamera. Contohnya dalah gerakan yang dicapture dengan menggunakan slowspeed.
7. Kosongkan kartu memory anda, karena pertunjukan wayang orang biasanya memakan waktu cukup lama, hampir dua jam.
8. Jangan gunakan flash saat memotret panggung
8. Jangan gunakan flash saat memotret panggung
Selamat mencoba dan memotret
Teks dan Foto : Farid S
Baca Juga :
Senandung Sisi Lain Cerita Anak Pinggir Pantai
Memotret Makro (Bunga) dengan Lensa Jadul
Memotret Air Tumpah
Memotret Ekspresi di Panggung Musik
Baca Juga :
Senandung Sisi Lain Cerita Anak Pinggir Pantai
Memotret Makro (Bunga) dengan Lensa Jadul
Memotret Air Tumpah
Memotret Ekspresi di Panggung Musik
No comments:
Post a Comment