UA-72643545-1

Photo

Tuesday, 24 February 2015

Senandung Memotret Wayang Orang (Tips dan Trik)

Wayang orang adalah sebuah seni pertunjukan, yang bisa dimainkan dimana saja. Baik ditempat terbuka atau tertutup dengan bentuk panggung atau tempat biasa. Dan disetiap tempat tersebut akan mempunyai cahaya yang berbeda-beda pastinya. Tapi jujur saja, penulis sempat mengalami kesulitan tersendiri dalam memotret wayang orang. Bukan masalah teknis memotret, tapi dasar memotret wayang orang itu ternyata kita harus (minimal) mengetahui cerita yang akan dibawakan. Dengan kita tahu sebelumnya tentang sebuah cerita, kita bisa tahu, apa-apa adegan yang bakal ditampilkan. Walau sebenarnya itu belumlah cukup. Tapi syarat bisa memotret wayang orang adalah, sering-seringlah memotret wayang disetiap ada pertunjukan tersebut. Itu syaratnya. Dan ketika memotret wayang orang ini, penulis hanya berbekal sedikit sekali tentang masalah perwayangan.Itupun didapat dari almarhum Bapak saya sendiri dan duluuuu sekali. (Makasih Mbah Atung untuk semua ilmu yang sudah diberikan ke saya). Tapi penulis mencoba berbagi untuk pemotretan kali ini. Pemotretan dilakukan di Wayang Bharata Purwa Jakarta, dengan lakon saat itu Gatotkaca Lahir. Penulis tidak membahas banyak tentang isi cerita dari lakon tersebut dan tidak menampilkan semua foto babak demi babak selama pertunjukan (Wayang Orang biasanya terdiri dari enam babak bahkan lebih).

memotret wayang orang
Rapat Para Raksasa dalam babak pertama dari cerita Gatotkaca Lahir.
f;5,6 1/30 ISO 200 lensa 70-300mm

Seperti halnya dengan pertunjukan-pertunjukan lain, pertunjukan biasanya ada prolog (pembukaan). Dan prolog di wayang orang ini bisa juga menggambarkan suatu kejadian yang justru berkaitan antara babak yang satu ke babak berikutnya. Babak pembuka akan diisi dengan bunyi dan tetabuhan gamelan serta suara pesinden dan diikuti pada penggung suasana dengan background yang menggambarkan awal cerita dimulai, bisa berupa kerajaan, hutan, gunung, dll. Penulis di babak awal ini masih terdiam dan masih mencoba
memperhatikan suasana serta mengamati beberapa tata lampu yang jatuh kearah panggung. Dan di babak awal ini pula, penulis belum bisa mengambil keputusan untuk mengambil pemotretan dari arah mana. Dekat panggung, dari kursi penonton atau dari balkon atas. Masih bingung, asli.

memotret wayang orang
Para Punakawan Petruk, Bagong, Gareng, Semar. Ingat adegan ini, jadi ingat dengan
acara TVRI tahun 1980an, Ria Jenaka

Babak pertama habis, akhirnya penulis memutuskan untuk mengambil dari beberapa sudut, termasuk dari balkon atas. Dan babak kedua pada cerita, akhirnya bisa memotret dan sudah bisa "berpikir" sembari meraba-raba beberapa adegan yang disi dengan tarian serta perkelahian antar raksasa. Pemotretan dari atas balkon, sebenarnya asyik motret dari sudut atas, tapi di gedung pertunjukan tersebut ada lampu yang menghalangi pandangan kearah panggung. Lampunya kecil, tapi sangat mengganggu. karena dari isi panggung tidak bisa tergambar dengan baik.

memotret wayang orang dengan slowspeed
Arjuna yang sedang bertapa diganggu oleh para Raksasa. Dalam cerita ini, digambarkan bahwa Arjuna bertapa untuk
mendapatkan sebuah senjata keris bernama Kuntawijaya. f;10 1/6 ISO 100 Lensa 70-300mm

Babak berikutnya, penulis pindah sudut pemotretan. Awalnya diatas, lalu pindah kebawah. Dan melihat ada beberapa bangku kosong di deretan paling belakang. Disini penulis agak mulai nyaman melakukan pemotretan. Karena dari pindah hingga pertunjukan berakhir, penulis tidak berpindah-pindah lagi. Anteng dengan kamera serta gampang gonta ganti lensa sekaligus pasang tripod. Motret sembari pesan segelas kopi panas...oh..indahnya dunia....memotret.....

memotret wayang orang dengan slowspeed
Disaat yang bersamaan, satria bernama Karna pun sedang melakukan pertapa/semedi dan diganggu oleh para raksasa
dalam menjalani tapanya. f;5 1/10 ISO 400 Lensa 70-300mm

memotret wayang orang dengan slowspeed
Karna Bertapa. f;9 1/8 ISO 400 lensa 70-300mm, teknik memutar lensa kearah dalam (zoom out)

memotret wayang orang dengan slowspeed
Pertarungan antara Arjuna dan Karna memperebutkan senjata Kuntawijaya. Karena ternyata Dewa salah memberikan
senjata tersebut, seharusnya senjata tersebut untuk Arjuna, tapi karena wajahnya hampir mirip dengan Karna, maka
Karna yang diberikan senjata tersebut . Dan dalam perebutan tersebut, Karna berhasil mendapat kerisnya, sedangkan Arjuna mendapat sarung keris. f;7,1 1/50 ISO 400 Lensa 70-300mm

memotret wayang orang
Suasana di Kerajaan Pringgadani, saat itu lahir bayi yang diberi nama Jabang Tetuko. Bima dan  istrinya Arimbi
adalah orangtua dari bayi tersebut. f;7.1 1/50 ISO 400 lensa 70-300mm

memotret wayang orang
Bima marah kepada Arjuna, karena saat ingin memotong pusar Jabang Tetuka, sarung keris tersebut justru masuk kedalam tubuh bayi tersebut. f;7,1 1/50 ISO 400 Lensa 70-300mm

Jabang Tetuka sudah berusia satu tahun, namun pusarnya belum terputus. Dan ini membuat gelisah Arimbi sebagai ibunya
f; 7,1 1/50 ISO 400 Lensa 70-300mm



Kawah Candradimuka, tempat Jabang Tetuko diceburkan dan lalu para dewa memberikan segala senjata kesaktiannya
di kawah ini bersamaan dengan diceburkannya Jabang Tetuko
f; 5 1/100 ISO 400 lensa 70-300mm


Inilah Jabang Tetuko dewasa yang akhirnya berganti
nama menjadi Gatot Kaca.
f; 4,5 1/100 ISO 400 lensa 70-300mm
Wayang adalah milik Indonesia. Wayang adalah bayangan kehidupan. Kehidupan manusia ada di cerita-cerita wayang. Wewayangan ning urip. Visualisasi cerita banyak juga seperti raksasa perang dengan kstaria. Raksasa mati atau kalah, itu filosofi. Ksatria itu punya tugas dan kewajiban  yang luhur yaitu dia harus menyelesaikan tugas/dharmanya sebagai ksatria, yaitu memberantas keangkaramurkaan. Raksasa itu digambarkan sebagai angkara murka. Orang tidak akan bisa menyelesaikan tugas orang lain sebelum menyelesaikan tugasnya sendiri, yaitu gangguan dari amarah sendiri. Jadi raksasa itu digambaran sebagai nafsu amarah. Wayang itu selain tontonan juga tuntunan. Karena didalam cerita wayang ada tuntunan dalam kehidupan sehari-hari. Contoh bagaimana cara bicara antara yang muda kepada yang tua. Dan begitu sebaliknya. 

Berikut beberapa tips memotret wayang orang :

1. Usahakan mengerti dulu cerita dari lakon yang akan dipentaskan
2. Pilih tempat memotret yang memang menurut anda baik. Bisa memilih didepan panggung, samping, atau bahkan dibelakang.
3. Persiapkan kamera dan lensa. Disarankan untuk lensa lebih baik menyiapkan lensa wide dan tele
4. Ketika memotret, usahakan dengan apperture yang lebar, mengingat tata cahaya panggung yang tidak terlalu terang. Jika memang terpaksa push ISO, silahkan saja, tapi dalam batas normal.
5. Selama tidak mengganggu penonton yang lain, dipersilahkan menggunakan tripod
6. Potretlah setiap adegan dalam setiap babak, dan perhatikan gerakan-gerakan tarian yang dibawakan. karena dalam gerakan tarian tersebut ada gerakan yang indah bila direkam dengan kamera. Contohnya dalah gerakan yang dicapture dengan menggunakan slowspeed.
7. Kosongkan kartu memory anda, karena pertunjukan wayang orang biasanya memakan waktu cukup lama, hampir dua jam.
8. Jangan gunakan flash saat memotret panggung

Selamat mencoba dan memotret

No comments:

Post a Comment