|
Pemandangan alam dari Bukit Sikunir |
Niat menuju tempat ini sudah sangat lama. Berbagai informasi pun sudah banyak di dapat ( terima kasih buat Mba Titon ). Bahkan menentukan kapan cuaca yang terbaik sudah ada dalam catatan. Dieng begitu sering terdengar ditelinga penulis. Begitu banyak orang menyebut kata Dieng, Penulis hanya bisa menjawab dalam hati "iya, suatu saat pasti akan kesana". Dan akhirnya, ketika ada sedikit waktu, maka kesempatan itu tidak penulis sia-siakan. Dan Bukit Sikunir adalah menjadi tujuan utama. Perjalanan ala backpacker pun dimulai.
Perjalanan
Memulai perjalanan dari Maos, satu wilayah di daerah Cilacap Jawa Tengah, penulis menuju Terminal Purwokerto dengan bis, Hari sudah menjelang Magrib, setiba di Terminal Purwokerto, penulis hanya menjumpai satu-satunya bis yang menuju Terminal Mandala Wonosobo. Ini satu-satunya perjalanan yang penulis lakukan dengan memulainya di sore hari. Sudah terbayang beberapa kesulitan jika kita berpergian saat sore hari dengan menggunakan transportasi umum. Prediksi perjalanan sekitar 3 jam dari Purwokerto menuju Wonosobo ternyata benar (tiba di terminal sekitar jam 21.15). Mendapati Terminal Mandala sudah tidak ramai, bahkan sepi, yang ada hanya bis-bis terparkir untuk istirahat. Tak ada kegiatan, yang ada hanya beberapa orang sedang duduk-duduk di warung kopi. Panik ? Pasti !. Sendiri, hujan turun lumayan deras, berada di tempat asing, menjelang malam. Adalah berbagai yang menganggu pikiran saat itu.
|
Basecamp, tempat briefing dan lapor diri |
Tapi semua mulai tesingkir "satu-satu". Tenang dan mencari warung kopi adalah satu hal yang selalu penulis lakukan ketika berada di satu tempat yang baru dikunjungi. Buat penulis, warung kopi bagai sebuah "gerbang" untuk mencari informasi. Sementara kondisi hujan, adalah yang memang penulis harapkan, karena biasanya jika malam hari turun hujan, maka keesokan harinya cuaca akan cerah. Maka, rasanya bukan tak mungkin Sunrise Bukit Sikunir sudah terbayang indahnya esok hari. Sembari minum kopi, "pencarian" informasi pun dimulai. Bahwa melanjutkan perjalanan ke Dieng menggunakan transportasi angkutan umum adalah suatu yang mustahil mengingat waktu terus merambat malam. Kalaupun harus menunggu, jam 4 pagi baru ada bis yang beroperasi. ! Berarti akan hilang kesempatan melihat sunrise. Akhirnya diputuskan untuk menunggang ojek motor. Mas Mulud adalah supir ojeknya. Orangnya baik, selama dalam perjalanan panjang lebar dia bercerita mulai dari keluarga, cerita tentang Dieng, tempat yang patut dikunjungi. Hawa dingin semakin menusuk. Penulis termasuk orang yang tidak bisa menahan hawa dingin.
|
Bukit Sikunir dari dari basecamp |
Tapi apa boleh buat, niat memotret sunrise tetap harus terlaksana. Jam 23.10, akhirnya tiba di Desa Sembungan, tempat Bukit Sikunir berdiri. Disini, "ujian" berikutnya mulai datang. Hawa Dingin ! Turun dari motor Mas Mulud, hawa dingin semakin menyerang, penulis sampai menggigil. Bahkan sampai harus tertatih menuju basecamp untuk lapor diri. Menulis data-data diri di buku tamu pun tulisan sudah tak beraturan, karena tangan tak bisa diam. Rasanya, hampir habis tenaga untuk menghadapi hawa dingin. Sempat terpikir apakah sampai disini saja perjalanan penulis, maksudnya tidak harus memaksakan diri naik keatas bukit ? Terbayang, jam segini sudah dingin seperti ini, gimana nanti jam 3.00 pagi saat gerbang menuju Bukit Sikunir dibuka ? Ini rupanya ujian terberat yang harus penulis hadapi.
Menuju puncak Bukit Sikunir
Memulihkan kondisi dengan meminum air hangat di salah satu warung yang banyak berdiri disekitar basecamp. Hingga lima lapis pakaian berikut sweater dan jaket, masih belum mampu mengusir hawa dingin. Tapi cukup lumayan lah, dibanding saat baru datang tadi. Tepat jam 3.00 pagi, pintu gerbang dibuka. Perjalanan mendaki pun dimulai. memang perjalanan menuju keatas, hanya memakan waktu sekitar 30 menit. Tapi.......trek nya menanjak, bahkan ada trek yang hampir 80 derajat tingkat kemiringannya , sebelum di Bukit Dua.
|
Menunggu datangnya sunrise |
Trek menuju keatas bukit cukup bagus, dengan batu-batu yang terpasang rapi sebagai pijakan kaki, namun tetaplah berhati-hati, karena jika hujan, akan menjadi licin. Tepat jam 3.34 penulis sampai di puncak Bukit Sikunir. Kabut belum terlalu tebal, cahaya lampu dari rumah-rumah yang dibawah, menjadi pemandangan tersendiri. Gunung Sumbing, Gunung Sindoro, Gunung Prau terlihat berdiri gagah di selimuti kabut. Suasana di puncak bukit saat itu terlihat ramai, beberapa pengunjung mulai menempati titik-titik lokasi yang menurut mereka bagus untuk melihat sunrise nya. Semakin lama semakin ramai, bahkan tempat penulis berdiri mulai agak "berhimpitan". Bahkan nyaris, tripod yang diatasnya sudah ada kamera, jatuh karena tersenggol salah satu pengunjung. Hufffff.........akhirnya penulis memutuskan untuk tidak menggunakan tripod setelah dapat beberapa gambar. Handheld, menjadi pilihan terakhir agar kamera tetap bisa merekam gambar.
|
Bintang-bintang berpadu dengan kemunculan sinar matahari |
Show Time.......
Perlahan namun pasti sinar matahari mulai mengeluarkan semburatnya. Pelan dan tenang mengeluarkan berbagai cahaya, yang kalau saja kita jeli, banyak warna ketika sinar matahari mulai menampakan dirinya. Namun sungguh tak disangka, pengunjung yang berada di depan, yang tadinya duduk rapi, akhirnya harus berdiri, karena beberapa pengunjung yang baru datang, seperti merangsek menuju kedepan. Aaaah.....sempat kehilangan konsentrasi.
|
Kita tidak sendiri di Puncak Bukit Sikunir |
Belum lagi ada salah satu pengunjung, sudah bawa kamera dengan lensa panjang, tapi ternyata shutternya tidak bisa ditekan. Pengunjung tersebut bertanya kepada penulis, akhirnya penulis "melepas" beberapa momen untuk melihat kameranya dan "sedikit" memberitahu cara memotret di tempat gelap dengan mengarahkan lensa ketempat yang agak lebih terang agar kamera bisa membaca cahaya.
|
Merekam munculnya Sunrise di Bukit Sikunir |
|
Betapa Megahnya Kuasa Ilahi |
|
Puncak sinar Sunrise |
Dan akhirnya, puncak dari sinar sunrise terjadi di jam 5.39. Awan yang seharusnya tetap berada dibawah saat matahari mulai naik, ternyata mengikuti pergerakan matahari keatas, dan "melepas" matahari nya sekitar jam 6.00, dimana sinar matahari sudah mulai terik, Sedikit pupus melihat besarnya matahari di ufuk timur sana. Namun semua seolah terbayar, dengan melihat langsung, bahwa benar, Bukit Sikunir berhak mendapat julukan salah satu lokasi golden sunrise terbaik yang ada di Indonesia bahkan dunia. Nice place, nice shoot.
|
Siluet |
Teks dan Foto :
Farid S
|
Foto karya Banu Pratomo, terima kasih Pak untuk fotonya. |
Sebenarnya masih banyak yang harus di penulis ceritakan, karena keterbatasan halaman, maka tulisan akan disambung di posting berikutnya.
Ucapan terima kasih buat Titon untuk infonya, terima kasih buat adik2ku untuk supportnya, terutama untuk si Bungsu Kunung, wah gak ada lo gue gak sampai nih ke tempat ini.
No comments:
Post a Comment