Ket: Foto : Alit
Model : Maia Novie
Sesi Demi Sesi
Begitu MUA menyelesaikan tugasnya, dia akan mengantar model ke hadapan saya. Saya perhatikan polesan hasil MUA, lalu saya foto close up hingga bagian pipi, mata , alis, sampai bibir terlihat jelas. Diskusikan dengan MUA , jika memang saya merasa ada yang janggal atau terlalu tebal make up nya. Jika memang tak ada yang perlu di rubah, selanjutnya tes lampu kembali, dengan cara si model berdiri di posisi yang ditentukan. Setelah dirasa cukup. Saya akan sedikit mengingatkan kepada model hal-hal yang pernah dibicarakan dan saya katakan ke model “Inilah saat nya buat kamu, untuk menunjukan yang terbaik”. Istilahnya memberi support buat si Model. Setelah itu saya briefing mengenai produk pendamping, dan pose yang saya inginkan. Dan akhirnya pemotretan itu berlangsung sesi demi sesi, instruksi, pose, serta diskusi ‘dadakan’ dengan model menjadi warna tersendiri di setiap pemotretan ini. Saya fokuskan pikiran dan hati saya untuk membuat foto yang bisa dimengerti orang, dalam artian pesan yang saya sampaikan bisa diterima oleh yang melihat. Dalam pemotretan ini saya tak selalu berpatokan dengan satu eksposure (f;8) sesuai dengan setting awal , begitu ada beberapa foto yang dirasa cukup bagus dan sesuai, maka tak segan saya akan segera mengubah berbagai eksposure . Bahkan tak segan merubah setting lampu seketika untuk mendapatkan passion yang berbeda. Sedikit catatan, hal yang paling kurang berkenan adalah ketika beberapa pose yang menurut saya sudah bagus dan saya sudah memberi aba-aba “frezze” ke si Model, namun si model malah bergerak merubah pose nya dalam hitungan detik, padahal shutter sedang saya tekan. Ini kadang memberi efek psikologis tersendiri buat saya.
Setting Lampu
Menunggu MUA memoles wajah Model saya lihat lagi kondisi lokasi pemotretan dan langsung mensetting lampu. Seperti diutarakan diatas dengan lampu-lampu tersebut, saya setting secara sederhana tidak terlalu njlimet. Dengan pola lampu utama (300 Ws) yang saya balut dengan softbox dan di posisikan di depan model, saya mulai mengetes eksposure dengan satu lampu terlebih dahulu. Karena selain model yang saya potret, ada juga produk yang menjadi pendampingnya, diagframa selalu saya stel pad f:8, ini memungkinkan agar background tidak terlalu blur. Setelah itu, saya akan memanggil rekan untuk bisa berdiri di dekat lampu (yang nantinya menjadi posisi model), setelah mengambil beberapa frame, barulah saya menentukan untuk penambahan lampu berikut serta penempatannya. Mungkin pembaca ada yang bertanya, apakah saya menggunakan kru disetiap pemotretan ? Jawabannya tidak ! mulai dari angkat , pasang sampai setting lampu saya lakukan sendiri. Hal ini sebenarnya bukanlah hal yang aneh. Walau tidak disetiap pemotretan saya lakukan hal tersebut. Tapi semua saya lakukan dengan senang hati. Karena yang terpenting buat saya adalah support mereka (teman2 satu tim) merupakan bantuan yang tak terhingga.
Sesi Demi Sesi
Begitu MUA menyelesaikan tugasnya, dia akan mengantar model ke hadapan saya. Saya perhatikan polesan hasil MUA, lalu saya foto close up hingga bagian pipi, mata , alis, sampai bibir terlihat jelas. Diskusikan dengan MUA , jika memang saya merasa ada yang janggal atau terlalu tebal make up nya. Jika memang tak ada yang perlu di rubah, selanjutnya tes lampu kembali, dengan cara si model berdiri di posisi yang ditentukan. Setelah dirasa cukup. Saya akan sedikit mengingatkan kepada model hal-hal yang pernah dibicarakan dan saya katakan ke model “Inilah saat nya buat kamu, untuk menunjukan yang terbaik”. Istilahnya memberi support buat si Model. Setelah itu saya briefing mengenai produk pendamping, dan pose yang saya inginkan. Dan akhirnya pemotretan itu berlangsung sesi demi sesi, instruksi, pose, serta diskusi ‘dadakan’ dengan model menjadi warna tersendiri di setiap pemotretan ini. Saya fokuskan pikiran dan hati saya untuk membuat foto yang bisa dimengerti orang, dalam artian pesan yang saya sampaikan bisa diterima oleh yang melihat. Dalam pemotretan ini saya tak selalu berpatokan dengan satu eksposure (f;8) sesuai dengan setting awal , begitu ada beberapa foto yang dirasa cukup bagus dan sesuai, maka tak segan saya akan segera mengubah berbagai eksposure . Bahkan tak segan merubah setting lampu seketika untuk mendapatkan passion yang berbeda. Sedikit catatan, hal yang paling kurang berkenan adalah ketika beberapa pose yang menurut saya sudah bagus dan saya sudah memberi aba-aba “frezze” ke si Model, namun si model malah bergerak merubah pose nya dalam hitungan detik, padahal shutter sedang saya tekan. Ini kadang memberi efek psikologis tersendiri buat saya.
No comments:
Post a Comment