"Cita-cita aku ingin bikin sekolah foto yang kreatif. Dalam
arti industri kreatif. Bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri lewat
fotografi bagi anak didikku. Aku bahagia jika ada anak didikku bisa mandiri dan menciptakan
lapangan pekerjaan tersendiri bagi mereka atau bagi orang lain"
Aditya Tunggul Birawa, profil fotografer blog penulis kali ini. Lelaki yang lebih dikenal dengan nama Ditto Birawa ini bekerja sebagai seorang fotografer freelance. Namanya menjadi pembicaraan, ketika ia melakukan perjalanan keliling Indonesia menggunakan motor besar, melalui program Indonesian Exploride (2011) yang disponsori tempatnya bekerja sebagai fotografer freelance saat itu di Djarum Fundation. Lembaga yang membidangi masalah pangan, sandang, kebudayaan, olahraga dan juga seni.
Lelaki bereperawakan gemuk ini mengawali dunia fotografinya ditahun 90an (masih jaman film). Belajar dengan menggunakan kamera analog Nikon EL (sampai sekarang masih ada tuh kamera analognya) ketika melihat sang kakak bereksperimen lewat kamera foto. Dirinya langsung tertarik untuk mempelajari fotografi secara otodidak. Bicara tentang Ditto Birawa, tak lepas dari berbagai karya foto yang sudah dihasilkan. Tidak memilih harus memotret pada hanya satu bidang fotografi saja. Segala genre fotografi dia pelajari. Mulai dari foto landscape, produk, model, wedding, bahkan sampai ke makanan ia pelajari tekniknya. "Buat aku Fotografi adalah seni. Seni dimana kita bisa berkreasi dengan kamera. Tapi taste
orang kan berbeda-beda. Fotografi secara global adalah capture moment. Dan selama itu (foto) bisa
dijadikan uang kenapa tidak ?. Tidak harus genre tertentu yang harus dipilih.
Atau mengkhususkan pada bidang fotografi tertentu" jelasnya ketika ditanya kenapa harus menguasai berbagai genre.
Foto Karya Ditto Birawa, f;7,1 1/125 ISO 200 |
Dan penulis pun diperlihatkan berbagai foto karya-karyanya. Memang lengkap. Dan tidak menunjukan jika lelaki jebolan STIE Malang Kucecwara ini hanya mempelajari bidang fotografi tertentu saja. Namun ada catatan tersendiri bagi penulis, ketika melihat hasil foto-foto landscape nya. Terlihat ada kedekatan antara subyek yang difoto dengan dirinya. "Aku nyaman dengan fotografi, dan alangkah lebih nyamannya ketika aku bisa mendekatkan diri ke subyek, dimana aku juga bisa merasakan sebuah keindahan, sebuah Kebesaran bahkan sebuah rasa yang belum tentu bisa dirasakan oleh orang lain". Itu alasan dirinya. Dirinya melanjutkan, bahwa ia bahkan melepas zona nyaman ketika sempat bekerja selama hampir sebelas tahun pada perusahaan asing hanya untuk ingin menjadi seorang fotografer. Zona nyaman yang dimaksud adalah berbagai fasilitas yang ia sudah dapatkan di perusahaan tersebut. Keputusan yang akhirnya berbuah manis dengan usaha dan kerja keras.
Foto Karya Ditto Birawa. f;16 1/125 ISO 200 |
Ditengah persaingan yang ketat didunia fotografi saat ini. Ditto Birawa mempunyai pendapat tersendiri " Jujur saja, saat ini persaingan antar fotografer semakin ketat, harga jasa fotografi empat tahun belakangan ini sudah tidak karuan, dalam arti, bukannya berlomba menaikan harga jasa foto tapi malah berlomba-lomba menurunkan harga" ujarnya . Tapi aku tidak ingin bermain seperti itu, aku punya keahlian dalam memotret dan aku punya tim untuk itu, jadi aku hanya ingin bermain sesuai standar aku (harga), lanjutnya. Dan ia berusaha keras untuk hidup dari fotografi tanpa harus mengikuti persaingan diatas.
Foto karya Ditto Birawa. Mentawai Tatoo |
"Buat aku, ternyata fotografi itu tidak hanya memotret saja. Mengajar
privat dan di sekolah serta mengadakan workshop tentang fotografi adalah salah satu hal bisa saling menunjang dan menghasilkan juga (pendapatan)" jelasnya ketika ditanya apa yang dilakukan dengan persaingan di bisnis fotografi ini. Dan memang itu dilakukan oleh lelaki yang juga menjadi founder di Komunitas Fotografer Bekasi ini.
Kegiatan lain yang dilakukan oleh Ditto adalah mengadakan workshop, seminar, event lomba dan juga sering menjadi juri lomba foto. Dan berkat kegiatannya tersebut pertengahan Januari 2015 diminta Nikon Indonesia menjadi salah satu wakil dari empat fotografer Indonesia diajang International Nikon Photographer Profesional. Tugasnya memberikan workshop
diluar Indonesia yaitu meliputi Asia Pasifik. Programnya adalah mengadakan workshop atau seminar dengan tukar-tukaran
fotografer pro antar negara.
Foto Karya Ditto Birawa. f;13 1 second ISO 200 |
Profil Ditto Birawa yang pernah dimuat di Majalah CHIP Foto Video edisi Maret 2015 |
Membaca keinginananya diawal tulisan, rasanya tak sulit, mengingat saat ini dirinya juga aktif mengajar diberbagai tempat. Hal yang utama yang selalu diajarkan dirinya kepada anak didiknya adalah membenamkan pemikiran bahwa jika kalian
bisa memotret bagus dan serius, itu akan berhasil. Jangan takut mengupload hasil
karya dimana saja. Karena itu akan menghasilkan apreasi-apreasi tersendiri bagi yang melihatnya. Dan nantinya apreasi-apreasi ini akan makin membuat percaya diri. Namun kepercayaan diri itu juga harus ditunjang dengan teknik
memotret yang terus menerus dipelajari. Itu yang selalu dipesankan lelaki penyuka kendaraan jenis jip ini sekaligus mengakhiri pertemuan malam itu dengan penulis. Semoga anak didikmu bisa memahami pemikiranmu Mas Ditto. Hayoo...siapa yang anak didiknya Mas Ditto Birawa ? Sukses selalu buat kalian semua dan juga fotografer di Indonesia.
Foto Karya Ditto Birawa, Nabawi. f; 11 1.3 second ISO 200 |
Ditto bersama penulis. Foto : Rakoes, Editor Majalah Chip Foto Video |
Teks : Farid S
Penulis adalah kontributor Majalah Chip Foto Video
No comments:
Post a Comment