UA-72643545-1

Photo

Thursday, 19 March 2015

Senandung Kenangan di Papua Barat

Kupu-Kupu
Banyak sekali kenangan yang penulis ingat ketika berada di provinsi ini. Dan salah satunya adalah ketika harus mengunjungi sebuah pulau yang tidak berpenghuni. Tempat ini bukan salah satu tujuan penulis dan rombongan saat itu. Hanya karena ada waktu kosong satu hari sebelum melanjutkan tugas berikutnya, maka jadilah tempat ini menjadi destinasi dadakan. Nama pulaunya saja penulis tidak tahu (Udah tahu gak tahu, bukannya tanya ya) . Yang penulis tahu, pulau ini terletak sekitar 45 menit (menggunakan kapal boat) dari Pulau Mansinam, Manokwari
Papua Barat. Pulaunya indah, hamparan pasirnya putih bersih, Memang Pulau Papua itu terkenal dengan laut dan pantai yang bersih. Saat berada di kapal boat menuju ke pulau itu, air lautnya begitu jernih. Bahkan bebatuan karang di kedalaman sekitar 10-15m masih bisa terlihat dari permukaan laut.

Saking beningnya air laut, batu karang di dasar laut bisa terlihat

Rombongan berjumlah sekitar 13 orang, dan kebanyakan adalah penduduk lokal. Nah, ini juga nih yang bikin penulis heran saat itu. Ini ada acara apa sih ? Dalam satu kapal, membawa perbekalan, terus setiap ditanya kita mau kemana, mereka menjawab dengan senyum sambil berucap "Tenang Kak, kita liburan ini"..aahhh.senyum mereka benar-benar tulus. Akhirnya penulis menikmati perjalanan menuju pulau tersebut.

Indahnya Pulau tak berpenghuni ini

Dan sampai kita di pulau yang dimaksud. Perbekalan diturunkan, beberapa dari mereka langsung mencari tempat untuk berkumpul. Pulau yang begitu sepi. Yang terdengar hanya suara desiran angin dan deburan ombak, Ditingkahi suara kicauan burung. Pantai dengan pasir putih terhampar begitu luas. Wuuiiihhh....Indahnya Papua ! Setelah mendapat tempat yang teduh, kita berkumpul. Tak ada tikar atau alas untuk duduk. Kita semua betul-betul duduk diatas pasir atau akar pohon yang ada di tempat itu. Semua dengan kesibukan masing-masing. Penulis hanya menikmati pemandangan sekitar. Lalu berjalan kearah bibir pantai. Mencoba bermain air laut yang datang menyapa. Sembari melihat beberapa orang dari rombongan beraktifitas. Terlihat beberapa orang sedang mengumpulkan ranting-ranting kering. Dan beberapa orang lagi sibuk membongkar perbekalan. Penulis pun lanjut dengan keasyikan sendiri. Tak lepas mata ini memandang jernihnya air laut. Benar-benar indah dirimu Provinsi Papua. Indah karena alamnya, didukung juga dengan keindahan penduduknya dalam menjaga alam mereka. Penduduk Papua rata-rata mengandalkan alam dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu mereka benar-benar menjaga kelestarian alamnya. Sebagai contoh, dalam mencari ikan, tidak diperbolehkan menggunakan jaring. Tapi harus dengan alat pancing. Dengan alasan, jika menggunakan jaring, maka ikan yang kecil-kecil akan ikut terangkat, otomatis hari-hari mendatang tidak akan ada lagi ikan besar. tapi kalau menggunakan alat pacning, maka yang terkait nanti adalah ikan besar, dan ikan yang masih kecil-kecilpun lambat laun akan besar dan beranak pinak. Pemikiran yang sederhana namun bermakna dalam. Dengan pemikiran seperti itu, mereka tentunya juga memikirkan anak cucu nya besar kelak, masih bia menikmati hasil alam setempat.

Selain hamparan pasir, dipantai ini juga terdapat bebatuan dari berbagai jenis

Puas memandangi sekitar, penulis bergabung lagi dengan beberapa orang. Ngobrol sana sini. Dan terlihat dari mereka ada juga yang duduk melingkar, sembari mendengarkan cerita salah satu dari rombongan tersebut yang ternyata adalah seorang pencinta alam. Dan penulis menoleh ke belakang, tidak jauh tempat ngobrol ternyata ada yang sedang membakar ranting-ranting kering yang dikumpulkan tadi. Penulis pun mendekati mereka, ya ampunn...mereka sedang membakar ikan !

Ikan  Ekor Kuning sedang dibakar

Aah...rasa penasaran itu akhirnya terungkap juga. Jadi ternyata, ajakan ke pulau ini adalah untuk pertemuan perkumpulan dari komunitas penduduk setempat serta ajang perkenalan buat kami yang dari Jakarta. Dan kami di jamu dengan makan siang. Kalo menurut mereka makan siang yang sederhana. Dan kalimat sederhana ini yang membuat penulis terkenang. Terkenang dengan cara mereka mengolah makan siang tersebut, terkenang dengan apa yang kami makan ! Belum lagi keramahan dan ketulusan mereka selama berada di pulau tersebut. Makanya, penulis tidak terlalu mem bombardir dengan foto-foto alam. Tapi foto-foto menu makan siang tersebut.

Para Sahabat sedang membakar ikan

Inilah menu makan siang kami. Singkong dan Ubi sebagai menu utama, rebusan daun singkong,
Mentimun, rebusan kacang panjang, ikan bakar dan sambal

Selamat makan sahabatku
Terima kasih buat sahabatku disana. Kalimat sederhana kalian akan kami terus kenang. Kalimat sederhana yang buat penulis begitu dalam maknanya. Dan tentu saja makan siang yang kalian bilang sederhana, justru buat saya sangat mewah. Perjuangan kalian yang ternyata dari beberapa hari sebelumnya menyiapkan ini semua. Dan keramahan kalian dalam memperlakukan kami sebagai tamu akan penulis ingat selalu. Tak terbayangkan di benak penulis, yang dulu-dulunya hanya bisa menonton makanan orang Papua lewat televisi. Tapi hari itu, penulis benar-benar melihat dan merasakan sendiri bagaimana sahabat-sahabatku mempersiapkan sekaligus menyajikan makanan khas daerah Papua untuk tamu. Sungguh luar biasa. Kalian hebat. Sehebat pulau kalian. Pulau Papua. Terima kasih sahabat.


Teks dan Foto : Farid S

Menu makan siangku saat itu

No comments:

Post a Comment