Dian Pramana Poetra |
Panggung Java Jazz Festival Maret 2015, D1 Hall |
Itu awalnya yang membuat penulis "sedikit" memperhatikan lagu-lagunya. Dan ingat Dian Pramana Poetra, penulis juga ingat dengan seorang fotografer kawakan, namanya Edwin Raharjo, seorang fotografer yang dulunya sering kali membuat foto-foto cover kaset penyanyi Indonesia. Penulis sempat bertemu fotografer ini tahun 2006 lalu. Dan teringat juga dengan seorang sahabat sekaligus rekan kerja, Seno M Hardjo ( apa kabar Mas Seno, lama kita gak ketemu), Mas Seno adalah orang yang setia mengumpulkan lagu-lagu penyanyi jaman dulu lewat perusahaan Target Pop. Dan salah satunya lagu-lagu Dian Pramana Poetra ini.
Dan Maret 2015 ini, penulis menyempatkan diri untuk menonton pertunjukan penyanyi yang masih mempertahankan ciri khas rambut gondrong namun rapi ini. Panggung Java Festival 2015 hari pertama di PRJ Kemayoran, menjadi saksi penampilannya. Tampil di awal dengan kemeja berbalut jas, langsung menyapa penonton yang saat itu kebanyakan rata-rata sudah berumur diatas 35 tahun. (penulis gak tanya sih ke penonton masalah umur, tapi udah kelihatan lah dari tampangnya..he..he..he..)
Penampilan Dian Pramana Poetra |
Penulis agak terkesima juga di awal-awal pertunjukan melihat dia bernyanyi. Masih rapi, dan suaranya itu lho masih khas banget. Walau usianya tak lagi muda, dia mampu mempertahankan olah vokalnya. Kadang di jeda lagu, dia juga berinteraksi dengan penonton sembari melempar kalimat-kalimat anak jaman sekarang. Dan ketika lagu berjudul Oh Ya (1987) yang dulu dinyanyikan bareng Kelompok 3 Suara/K3S (Dian PP, Dedi Dhukun, Bagus A Ariyanto) yang liriknya seperti ini "Ingin Ku mengejar seribu bayangmu, Namun apa daya tangan tak sampai, Memang benar apa kata Pepatah, kalo jodoh tak lari kemana", nah penulis cengar-cengir sendiri deh (ingat sama pengalaman diri sendiri..he..he..he..). Nah setelah lagu itu, akhirnya penulis berkosentrasi untuk memotret sembari menikmati segala alunan lagu yang dinyanyikan. Dan sempat terperangah juga ketika ia menyanyikan lagu "Melayang" yang di populerkan oleh January Christi...(langsung juga pikiran melayang ke sosok wanita saat duluuuuuuuuu, karena sosok wanita ini suka benget sama lagu-lagu January Christi). Tak pelak, penonton mengikuti setiap lagu-lagu yang dibawakan malam itu. Hebat juga ya...mereka masih pada ingat lagu-lagu itu. Dan akhirnya, setelah lagu-lagu seperti Bohong, Keraguan, Masih Ada, Dian Pramana Poetra mengambil gitar akustik.
Sebelum memetik gitar dirinya berinteraksi dengan penonton " Saya heran, kalian masih ingat saja lagu-lagu saya, nah...sekarang saya akan bawakan lagu yang pasti kalian tidak tahu lagu ini" sembari tersenyum. Daaaannnn..........sembari diiringi petikan gitar dia nyanyi "Kau ...Bunga Ditamanku....di Lubuk hati ini..Mekar dan kian mewangi..Melati pujaan hati .....". Penonton langsung tertawa dan tanpa di komando mereka mengikuti Dian PP menyanyi. Ya siapa yang tidak kenal lagu Kau Seputih Melati (1986) ciptaan Jockie Suryoprayogo ini. Bayangkan saja, seorang Dian yang bercorak khas vokal jazz mencoba berkreasi dengan memadukan pop di lagu tersebut. Hasilnya dahsyat. Pada jamannya lagu ini begitu memukau. Penuh romantisme. Cewek (jaman dulu nih) dinyanyiin lagu ini sambil main gitar langsung deh...klepek-klepek. Dan lagu Kau Seputih Melati ini di nyanyikan kembali oleh Sammy Simorangkir. Di akhir lagu tersebut, Dian mengatakan ke penonton " Mantaaaap" sambil menunjuk ibu jari nya. Memang mantap, saking mantapnya penulis gak begitu fokus memotret. Antara jari tekan shutter, tapi mulut sambil ikut nyanyi (kebayang kan ?)
Saat Membawakan Lagu Kau Seputih Melati |
Harus diakui, Dian Pramana Poetra memang seorang musisi sekaligus pencipta lagu handal. Walau genre musiknya adalah jazz, dia tak sungkan ketika dulu mengajak beberapa penyanyi diluar genrenya untuk berkolaborasi. Sebut saja, Malyda, Mus Mujiono, Vina Panduwinata, Andi Meriem Matalatta, Broery Pesolima bahkan Iwan Fals. Kembali ke pertunjukan malam itu. Dirinya ternyata tak tampil sendiri, dia membawa teman duet lawasanya. Deddy Dhukun. Tampilah mereka berdua. Jadi ingat dengan 2D. Langsung mereka membawakan lagu-lagu hits salah satunya Semua Jadi Satu. Di pertengahan lagu duet mereka, tiba-tiba muncul tokoh yang tak asing di dunia musik jazz. Dan sosok ini juga yang menggagas acara Java Jazz di Jakarta, Peter F. Gontha. Berjalan menuju arah panggung, dan tepat di bawah panggung mereka berpelukan, dan tak ayal, suasana juga menjadi haru. Karena berkali-kali Dian Pramana Poetra mengucapkan terima kasih untuk acara Java Jaz ini.
Sebuah Ungkapan dan Ucapan yang tak Terucap |
Jujur saja, tulisan ini tidak membahas musiknya Dian Pramana Poetra. Tapi lebih kepada nostalgia penulis , yang muncul ketika menonton pertunjukan ini. Maaf jika tidak fokus ke satu titik. Tapi itulah yang dialami penulis. Tapi dari pertunjukan yang ada, setidaknya penulis mencoba berbagi "pandangan mata". Dan Indonesia mempunyai banyak musisi yang handal. Entah di jaman dulu atau di jaman sekarang. Era tahun 1980-1990, buat penulis adalah era nya musik Indonesia. Baik itu genre pop, rock, jazz bahkan dangdut. Musik mereka masih enak didengar hingga kini. Bahkan bagi yang pernah mengalami musik era ini, penulis yakin mereka ingin kembali mendengar lagu-lagu tersebut. Karena di era tersebutlah, musik Indonesia benar-benar menjadi tuan rumah di negara sendiri. Tidak percaya ? Tanya saja kepada orangtua atau orang yang mengalami era tersebut. Generasi lalu memang milik generasi lalu, tapi generasi sekarang janganlah melupakan bahwa sebelum ada generasi sekarang itu ada generasi yang lalu. Generasi yang justru menjadi acuan bahkan menginspirasi perkembangan sekarang. Tak terkecuali di bidang musik. Acungkan jempol buat Dian Pramana Poetra. Acungkan Jempol buat Java Festival. Dan salut untuk para musisi di Indonesia.
Inilah Dian Pramana Poetra dalam balutan foto.
Vokalnya masih khas. Lagu yang dibawakan mengingatkan akan sebuah nostalgia dan romantisme |
Bersama tandem Duetnya. Deddy Dhukun. (2D) |
Terima Kasih Dian Pramana Poetra untuk segala karya yang sudah diciptakan lewat lagu |
Penonton pun ikut larut dengan lagu-lagu Dian Pramana Poetra |
Teks dan Foto : Farid S
Baca Juga :
Memotret Ekspresi di Panggung Musik
Senandung Roda Kehidupan Penjahit Pinggir Jalan (Foto Human Interest)
No comments:
Post a Comment